Cari Blog Ini

Kamis, 04 Juli 2013

Kegemukan di Indonesia


Kegemukan di Indonesia

 



Bila dulu kekurangan gizi menjadi masalah yang sangat besar, kini Indonesia juga menghadapi masalah kelebihan gizi yang menyebabkan kegemukan. Bahkan, jumlah orang yang kegemukan lebih banyak ketimbang kurang gizi.

"Jumlahnya sekarang sudah banyak yang obesitas (kegemukan). Kalau pada orang dewasa yang obesitas sudah lebih dari 20 persen, yang gizi kurang atau agak kurus 9-10 persen," tutur DR Minarto, MPS, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia, saat ditemui di sela-sela acara Seminar Gizi Nasional dengan tema 'Mewujudkan Gizi Seimbang untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda' dalam rangka Hari Gizi Nasional 2013, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (25/2/2013).

DR Minarto menjelaskan dari data tahun 2007, 60 persen kematian yang terjadi di Indonesia disebabkan karena penyakit tidak menular (PTM) yang terkait dengan kegemukan, seperti diabetes, penyakit pembuluh darah (jantung dan stroke) serta kanker. Semuanya penyakit degeneratif ini juga terkait dengan pola makan tak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.

Belum lagi biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh obesitas jauh lebih besar ketimbang penyakit infeksi. Hal ini karena biasanya perawatan dan pengobatan membutuhkan waktu yang lama, dengan peluang kesembuhan yang tidak terlalu besar.

"Kalau yang gizi kurang sudah menurunlah, karena tingkat pendidikannya bagus dan pendapatan yang sudah mulai baik. Tapi yang gizi lebih ini malah meningkat," lanjut DR Minarto.

Selain pada penduduk usia dewasa, hal yang sama juga terjadi pada usia anak-anak. DR Minarto menyebutkan kini ada sekitar 14 persen anak Indonesia yang mengalami kelebihan gizi atau kegemukan. Bila dijumlahkan, totalnya sekitar 3 juta anak. Sedangkan yang mengalami gizi buruk sekitar 4,6 persen.

"Obesitas itu sudah merata, di kota ada di desa juga ada. Tidak harus orang kaya tapi banyak juga orang miskin yang gemuk. Ini terjadi karena kurangnya pengetahuan, misalnya banyak makan nasi," tutup DR Minarto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar